• Ust. Faishal Haq memberikan pembukaan pada Musyawarah Akbar LDK....
  • Lembaga Dakwah Kampus LDK STAIL Surabaya menyelengarakan musyawarah....
  • Penyampaian materi oleh Ust. Alwi di Aula Rahman Rahmat Pesantren Hidayatullah Surabaya
  • Mahasiswa STAIL Hidayatullah Surabaya hadir dalam....
  • Pada hari Rabu 12/12/12, LDK STAIL mengadakan orientasi ke-LDK-an yang bertempat di kantor Pusat Dakwah.
  • Dalam rangka membangun kembali semangat kepemudaaan Hidayatullah...
  • Membahas Program Kerja tiap-tiap BO
  • Membahas Program Kerja tiap-tiap BO
  • Berbagi pengalaman program kerja LDK ITS dan STAIL
  • Berbagi pengalaman program kerja LDK ITS dan STAIL

Jumat, Januari 15, 2010

TIPOLOGI MANUSIA DALAM PERSEPEKTIF AL-QURAN

Oleh : Robin Sah
(Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIL) Surabaya

Manusia diciptakan di muka bumi ini bersuku-suku. Dan setiap suku dari sekian banyak suku itu, memiliki ciri khas masing-masing. Eropa misalnya, memiliki ciri khusus berupa kulitnya yang putih (bule). Sedangkan Afrika, identik dengan kulitnya yang hitam legam. Begitu pula manusia-manusia yang lain, yang berdomisili di luar kedua benua tersebut.

Seberapapun kontras perbedaan (fisik) yang dimiliki oleh manusia, namun Al-Quran telah mengklasifikasikan mereka menjadi tiga golongan (tipe). Pertama, adalah orang-orang yang beriman. Mereka ini adalah golongan manusia yang meyakini tentang keberadaan Allah dengan seyakin-yakinnya. Tidak cukup itu saja, untuk membuktikan keimanan yang bersemayam di dalam hati tersebut, merekapun mengikrarkannya dengan lisan, kemudian mewujudkannya dengan paraktek-praktek ibadah yang mereka lakukan setiap harinya.

“Bersyukur=Untung” atau “Kufur=Buntung”

Oleh: Tatang Hidayat
 
“Maka Nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”, Allah mengulang-ulang ayat ini hingga 31 kali dalam Al-Qur’an surat Ar-Rahman. Kalau kita renungkan, ini memang benar-benar  sebuah peringatan yang  penting bagi kita sebagai hamba-Nya, mengingat mudah dan banyak sekali manusia yang jatuh ke jurang kekufuran.

Mari kita renungkan nikmat Allah yang dianugerahkan kepada kita. Matahari dan udara, misalnya, yang diberikan secara gratis, bahkan semau dan sepuasnya kita nikmati, tiba-tiba kedua nikmat ini diprivatisasi dan dikomersialkan.. Menghirup udara atau menggunakan “jasa” matahari dipungut bayaran semacam pajak ataupun jenis pungutan lainnya, kemungkinannya para nelayan akan mogok menjemur ikan, atau para petani tembakau akan bangkrut karena tembakaunya tidak kering.

Cbox

Pengikut