• Ust. Faishal Haq memberikan pembukaan pada Musyawarah Akbar LDK....
  • Lembaga Dakwah Kampus LDK STAIL Surabaya menyelengarakan musyawarah....
  • Penyampaian materi oleh Ust. Alwi di Aula Rahman Rahmat Pesantren Hidayatullah Surabaya
  • Mahasiswa STAIL Hidayatullah Surabaya hadir dalam....
  • Pada hari Rabu 12/12/12, LDK STAIL mengadakan orientasi ke-LDK-an yang bertempat di kantor Pusat Dakwah.
  • Dalam rangka membangun kembali semangat kepemudaaan Hidayatullah...
  • Membahas Program Kerja tiap-tiap BO
  • Membahas Program Kerja tiap-tiap BO
  • Berbagi pengalaman program kerja LDK ITS dan STAIL
  • Berbagi pengalaman program kerja LDK ITS dan STAIL

Senin, Desember 20, 2010

Mengenal dan Membuat Strategi Dakwah di Perguruan Tinggi Khusus

Saya berasal dari kampus kedinasan, dimana banyak peraturan yang diperlakukan secara khusus untuk di kampus ini saja, sehingga banyak kesulitan bagi kami dalam melaksanakan agenda dakwah.

Maksud khusus disini adalah kampus yang bisa dikatakan bukan perguruan tinggi seperti pada umumnya, akan tetapi perguruan tinggi yang mempunyai kekhasan tersendiri. Seperti perguruan tinggi kedinasan, perguruan tinggi intelejen, perguruan tinggi militer, perguruan tinggi keperawatan,ekstensi, Diploma, perguruan tinggi agama Islam, perguruan tinggi agama non-Islam. atau perguruan tinggi yang mempunyai kekhasan lain. Bentuk kekhasan yang pernah saya jumpai seperti ;

(1) Perguruan tinggi kedinasan yang menuntut mahasiswa tinggal di asrama selama masa perkuliahan

(2) Perguruan tinggi yang memiliki lama kuliah 3 tahun ( D-3 ) atau kuliah malam ( ekstensi )

(3) Perguruan tinggi yang menerapkan sistem militer dalam sistem pendidikannya

(4) Perguruan tinggi yang pada tahun kuliah tertentu mewajibkan mahasiswa Kuliah Praktek selama 1 tahun

(5) Perguruan tinggi yang berbasiskan Islam

(6) Perguruan tinggi yang memiliki peraturan yang melanggar syariah Islam, seperti perempuan yang tidak diperbolehkan memakai jilbab atau tidak diperbolehkan mengenakan bawahan rok

(7) Perguruan tinggi yang non-Islam, sehingga ada mata pelajaran agama lain masuk dalam kurikulum wajib kita ambil

(8) Perguruan tinggi dengan karakter mahasiswa homogen, seperti akademi keperawatan yang di dominasi oleh mahasiswi

Dan mungkin lebih banyak lagi contoh yang bisa Anda sebutkan. Saya seringkali mendapat pertanyaan terkait kampus dengan ke-khasan ini. Kebanyakan memang saya tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan, karena bagaimanapun kondisi khas ini tidak saya pahami dengan baik atau saya tidak mengetahui medan dakwah disana dengan baik. Sehingga seperti yang sering saya utarakan, metode atau strategi dakwah yang terbaik sejatinya hanya bisa dibuat oleh Anda pelaku dakwah di sebuah kampus.

Pada tulisan ini saya mencoba memaparkan cara pandang yang diperlukan dalam menyusun pola dakwah di kampus-kampus yang mempunyai ke-khasan tersendiri. Alangkah baiknya jika Anda pelaku dakwah di kampus-kampus tersebut bisa mengformulasikan dakwah yang paling tepat dan dibukukan lalu dapat diadaptasi dengan kampus sejenis lainnya. Saat, FSNAS di Lampung satu tahun silam, sempat di inisiasi forum dakwah kampus kedinasan dan perguruan tinggi Islam. Aliansi atau forum ini bertujuan agar ada tempat berbagi dan berdiskusi serta mengembangkan pola dakwah yang terbaik untuk kampus yang sejenis ini.

Tak bisa kita elakkan pula dalam penyusunan strategi ini, kondisi mahasiswa dan lingkungannya sangat unik. Sebutlah di perguruan tinggi agama Islam ( PTAI ), dimana sebagian mahasiswanya mungkin sudah paham Islam, sehingga mereka menilai mengikuti LDK menjadi tidak ada manfaatnya. Akhirnya dibutuhkan pola dakwah khusus dimana LDK menjadi seperti pusat Inkubasi Pemikiran Islam, barulah banyak yang mengikuti. Karena, para mahasiswa disana justru melihat LDK sebagai tempat belajar Islam yang lebih advance. Contoh kedua di sekolah kedinasan pemerintahan ( IPDN ) yang dimana mahasiswa disana tidak diizinkan untuk keluar kampus tanpa izin yang jelas, serta ada kewajiban untuk menginap disana. Sehingga pola dakwah disana menyesuaikan dengan pola hidup yang ada, dengan membuat sebuah trendset tersendiri bagi seorang muslim, seperti budaya membangunkan sholat subuh berjamaah, kajian setelah magrib, sahur dan buka bareng puasa sunnah, dan membuat kebiasan lain yang sangat efektif dalam membangun budaya dan lifestyle muslim pada mahasiswa disana.

Untuk sampai pada tahapan mampu untuk membuat sebuah sistem sendiri dibutuhkan waktu yang cukup lama tentunya. Pada bagian selanjutnya saya akan memaparkan poin of view apa saja yang perlu diperhatikan dalam membuat strategi dakwah ini

(1) Mengenal medan kampus. yakni mengenal bagaimana kekhasan kampus Anda dibandingkan dengan kampus umum lainnya. Cari perbedaan yang mendasari mengapa perlu ada perlakuan khusus terhadap kampus Anda. Mengenal disini termasuk kepada semua civitas akademika dan lingkungan sekitar kampus.

(2) Pola Regenerasi. Dalam beberapa kampus perlu juga di sesuaikan pola regenerasinya . Seperti untuk kampus yang masa perkuliahan 3 tahun, maka pada tingkat dua seorang kader sudah harus memegang tanggung jawab sebagai pemimpim utama.

(3) Karakter mahasiswa. Karakter mahasiswa yang ada, biasanya untuk kampus yang mempunyai kekhasan ini, karakter mahasiswanya lebih homogeny, cari tahu dimana letak kesamaan mahasiswa di kampus Anda, dan jadikan itu sebagai landaan dalam menentukan pola pendekatan dakwah.

(4) Tata Aturan yang berlaku, yakni aturan kampus yang bisa mendukung atau menghambat gerak dakwah Anda di kampus. seperti larangan berjilbab atau sebaliknya kewajiban berjilba bagi para mahasiswi.

(5) Menemukan Potensi pendekatan Dakwah, setelah mengetahui kondisi ( analisa SWOT ) terhadap kampus Anda, maka perlu kiranya kita mencari potensi dakwah yang dimiliki dan bisa menjadi senjata ampuh dalam berdakwah. Sebutlah, potensi kedekatan emosional antar mahasiswa memudahkan kita untuk mengajak mahasiswa Sholat, atau potensi pemahaman agama para kader yang memungkinkan membuka kesempatan mahasiswa yang ingin belajar agama lebih intens.

(6) Menentukan profil kader yang dibutuhkan. Profil ini untuk membantu LDK membentuk criteria kader yang dibutuhkan agar dakwah di kampus Anda menjadi lebh mudah. Sebutlah untuk di PTAI maka kader minimal memahami kitab-kitab Islam, atau memiliki hafalan QUr’an beberapa juz. Atau untuk di sekolah olahraga, maka kader harus memiliki kekuatan fisik yang baik, sehingga bisa menjadi teladan untuk sekitar.

(7) Tidak mengikuti pola dakwah pada umumnya. Terkadang pada kampus khusus ini, pola dakwah di kampus umum seringkali tidak bisa digunakan. Sehingga Anda perlu berpikir keras terkait metode dakwah yang ideal dan tepat. Bahkan bisa jadi pola dakwah yang dilakukan di kampus Anda adalah pola dakwah yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.

(8) Trial and error. LDK harus berani uji coba dan siap gagal atas rekayasa dakwah yang dilakukan. Dengan terus uji sistem dan kader, biasanya pola dakwah yang tepat akan terbentuk. Perbanyak diskusi pula dengan kampus sejenis.. Membangun forum kampus yang memiliki kekhasan ini juga bisa menjadi solusi tambahan. 



*Ditulis oleh akhi  Ridwansyah Yusuf Achmad (ketua LDK GAMAIS ITB 07-08)
Sumber: http://ridwansyahyusufachmad.wordpress.com/2008/10/08/mengenal-dan-membuat-strategi-dakwah-di-perguruan-tinggi-khusus/

Mengembangkan Potensi Akademik Kader Dakwah

Bagaimana caranya agar kader dakwah dapat memiliki prestasi akademik yang luar biasa, karena kami seringkali sulit mendorong kader dakwah untuk berprestasi ?

Kadang saya berpikir tentang ADK yang prestatif, sangat mudah untuk mengatakan IPK diatas 3.5 atau menulis sebuah paper untuk konferensi internasional. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa untuk melaksanakannya sangat sulit sekali. Tentu, bukan berarti tidak mungkin bagi seorang ADK untuk dapat terus berdakwah dan memiliki prestasi akademik yang juga memuaskan. Ada sebuah pertanyaan menarik bagi ADK. Apakah seorang ADK lebih banyak membaca buku kuliah atau buku ke-Islam-an ? memang tidak ada yang salah bila seorang ADK lebih banyak membaca buku Islam ketimbang buku kuliah. Akan tetapi, sangat disayangkan bila perbandingan diantara keduanya tidak seimbang. ADK perlu juga untuk dapat mempriositaskan membaca buku kuliah sebagai penguat basis akademik yang mereka miliki.

Referensi akademik, baik itu yang berupa artikel, jurnal, atau buku ilmiah tampaknya perlu menjadi “santapan wajib” bagi ADK. Dengan tidak mengurangi alokasi waktu untuk menambah pemanahan Islam dan gerakan dakwah, memahami buku perkuliahan adalah konsekuensi logis bagi seorang mahasiswa. Ini bukan tentang sekedar bisa mengerjakan soal ujian, namun ini tentang bagaimana ADK mampu menguasai bidang ilmu yang ia tekuni di bangku kuliah. Saya pernah mendengar sebuah anekdot “seorang ADK sangat ahli dalam softskill, organisasi, dan Ilmu Islam, namun ilmu yang paling tidak ia kuasai adalah ilmu yang terkait dengan bidangnya jurusan yang diambil di kelas”.

Kadang saya tergelitik sendiri dengan anekdot tersebut, bukan sesuatu yang perlu dibanggakan. Justru perlu menjadi sebuah evaluasi bagi dakwah kampus. Kita sebagai ADK tidak bisa melupakan hakekat kita berkuliah, yakni menunut ilmu. Ingat sahabat, bahwa dakwah kampus tidak sekedar mencetak manusia sholeh. Dakwah kampus dengan segala ke-khasannya di-desain untuk menjadi pencetak intelektual muslim di masa yang akan datang.

Mendorong potensi kader agar mereka mampu menunjukkan prestasi yang baik di kelas, maupun di laboratorium adalah bagian dari agenda pengembangan dakwah kampus ilmiy. Langkah awal yang perlu di bangun adalah memberikan penanaman dasar tentang pentingnya akademik di dalam dunia dakwah kampus. Pemahaman ini perlu ditanamkan dengan baik agar ADK tidak disorientasi dalam menyeimbangkan antara dakwah dan akademik. Sejatinya kedua hal ini dapat berjalan sinergis-saling mendukung.

Langkah pertama, seorang kader disiapkan untuk dapat memiliki keseimbangan tanggung jawab dakwah. Ia perlu proposional antara aktivitasnya dengan beban akademik. Ingat sahabat, bahwa setiap jurusan memiliki beban tugas dan pelajaran yang berbeda, sehingga ADK tidak bisa di generalisir kesibukan dan aktifitasnya. Perlu adanya komitmen dari pengurus dakwah kampus dalam mendukung potensi akademik ADK dengan keberadaan sistem database kader yang terintegrasi antara akademik dengan aktivitas organisasi dakwah.

Database ini akan menunjang bagi pelaku dakwah kampus untuk memantau perkembangan indeks prestasi seorang kader. Dengan dukungan data yang kuat, maka kita akan dapat mengetahui mana kader yang kekurangan tanggung jawab atau kelebihan tanggung jawab. Dengan itu kita bisa mendistribusikan tanggung jawab dakwah dengan bijak kepada seluruh kader yang ada.

Seringkali saya menemui seorang kader dakwah enggan menyampaikan keluhan akademiknya, bisa jadi karena nuansa lingkungan dakwah kampus yang “serius”, sehingga membuat mereka tidak mengungkapkan kegelisahan akademik mereka kepada ADK yang lain. Sebagai bentuk mitigasi dari hal ini, sangat penting bagi dakwah kampus untuk mampu memahami potensi serta kapasitas yang dimiliki oleh setiap ADK.

Langkah kedua, adanya sistem peringatan dini IPK kader dakwah. Sistem peringatan dini ini bertujuan untuk mencegah turunnya indeks prestasi kader secara berkelanjutan. Bila indikasi ketidakoptimalan sudah ada pada semester tertentu, akan lebih bijak bila ADK tersebut di dampingi agar ia lebih mampu meningkatkan indeks prestasinya.

Langkah ketiga, adanya sistem belajar kelompok diantara ADK sejurusan. Alangkah baiknya bila pertemuan ADK di jurusan tidak hanya untuk membahas agenda dakwah, melainkan juga untuk saling berbagi ilmu mengenai pelajaran di kelas. Selain itu sistem belajar kelompok ini bisa digunakan untuk berbagi catatan kuliah serta saling memotivasi untuk lebih giat menuntut ilmu.

Langkah keempat, adanya mekanisme informasi akademik untuk kader. Informasi ini dapat berupa informasi pendaftaran akademik, beasiswa dalam dan luar negeri, lomba dan kompetisi akademik. Dengan adanya sistem informasi ini diharapkan ADK dapat lebih sigap dan dapat menyiapkan segala persiapan yang dibutuhkan.

Langkah kelima, adanya pernghargaan bagi ADK yang berprestasi. Penghargaan ini dapat berupa beasiswa atau uang untuk mendukung perkuliahan ADK. Dengan adanya penghargaan ini, ADK akan lebih terpacu untuk meningkatkan indeks prestasi serta prestasi non-IPK lain yang terkait dengan akademik.

Langkah keenam, adanya kelompok khusus bagi ADK yang memang menyiapkan diri untuk menjadi akademisi/dosen. Dengan adanya kelompok ini, mereka yang tergabung di dalamnya dapat menyiapkan pasca-sarjana bersama,seperti kursus bahasa inggris bersama hingga mengirimkan aplikasi beasiswa bersama.

Langkah ketujuh, pembinaan berbasis akademik. Artinya di setiap kesempatan pembinaan seperti mentoring, ta’lim dan lainnya. Adanya materi mengenai akademik, dan dakwah ilmiy akan memberikan dorongan tersendiri agar ADK mau untuk lebih mampu berprestasi. 




*Ditulis oleh akhi  Ridwansyah Yusuf Achmad (ketua LDK GAMAIS ITB 07-08)
Sumber: http://ridwansyahyusufachmad.wordpress.com/2011/06/21/mengembangkan-potensi-akademik-kader-dakwah/

Mengasah Kebiasaan Menulis ADK

Bagaimana meningkatkan kemampuan menulis bagi ADK ? adakah tips-tips sederhana yang bisa diterapkan ?

Membaca dan Menulis adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam Dakwah kita, dua kemampuan inilah yang membuat kita bisa menikmati Al Quran (dalam bentuk tulisan buku), memahami dengan seksama Hadits Shohih dari para Imam Besar dan Kitab-kitab Islam dari para pemikir Islam di masa lalu. Karena kemampuan mereka dalam menulislah, sejarah Islam terus berkembang dan tak surut di telan waktu. Dari tulisan lah kita pula dapat memahami bagaimana sejarah Islam dan Dunia, dan dari tulisanlah kita akan merekayasa sejarah di masa depan. Bagi seorang ADK, menulis adalah sebuah tuntutan. Seringkali sejarah dakwah kampus kita terputus atau hilang jejak karena dokumentasi dalam bentuk tulisan yang tidak ter-kumpul dengan baik. Atau, karena tulisan yang dilahirkan oleh ADK yang masih terbatas membuat banyak sekali pemikiran tentang Islam, Peradaban, atau Dakwah Kampus yang tidak diketahui oleh masyarakat luas. Dan pemikiran-pememikiran yang lalu lalang di dunia maya justru di dominasi oleh hal-hal yang kontraproduktif dengan Islam itu sendiri.

Padabagian ini saya mencoba memberikan bagaimana agar para ADK mampu mengasah kemampuan menulis mereka yang harapan kedepannya mampu bermanfaat untuk perkembangan dakwah kita di Indonesia dan Dunia.

Langkah pertama yang perlu disiapkan sebelum seseorang menulis tentu adalah Membaca. Semakin banyak bacaan yang kita serap, berdampak terhadap seberapa banyak kosakata yang dapat kita tuliskan nantinya. Membaca buku tentu perlu di jadwalkan secara khusus, dan alangkah baiknya bila ADK menjadi buku sebagai sahabat yang selalu menemani kemanapun. ADK dapat memulai dengan membiasakan diri untuk mengalokasikan sebagian uangnya dan membeli buku serta menyediakan tempat di tas/ransel untuk menaruh sebuah buku. Sehingga buku dapat di baca saat dalam perjalanan atau menunggu.

Baiknya memang setiap ADK memiliki target bacaan setiap bulannya. Apakah 2-3 buku perbulan dengan variasi tentunya. Jangan hanya terpaku pada satu jenis buku saja, buat variasi tema, genre hingga ketebalan buku. Agar pikiran kita terbiasa untuk mengkonsumsi berbagai pemikiran dan nantinya dapat bermanfaat untuk mengembangkan sintesa pemikiran baru yang nantinya akan dituliskan.

Langkah kedua adalah memilih tema tulisan yang akan ditekuni. Percayalah bahwa setiap orang bisa dan mampu untuk menulis. Hanya saja kadang mereka tidak cukup percaya diri bahwa tulisan mereka sangat layak. Dan percayalah, bahwa setiap orang memiliki kekhasan masing-masing dalam mengekspresikan pikirannya dalam kata-kata, sehingga saya berani berpendapat bahwa semua tulisan itu bagus dan bermakna. Memilih tema tulisan sangat penting untuk memulai sebuah tulisan, apakah anda akan membuat novel, artikel bebas, opini media, buku pemikiran atau buku dengan jenis lainnya. Tema ini akan berpengaruh kepada gaya penulisan, objek yang akan membaca hingga apa yang dituliskan itu sendiri.

Langkah ketiga, membandingkan gaya penulisan orang lain dengan tema yang akan anda tuliskan. Tujuannya adalah agar memperkaya cara penulisan serta padanan diksi yang akan digunakan. Sangat penting bagi kita untuk belajar dari para penulis yang sudah terbukti kapasitasnya. Walau memang banyak yang mengatakan bahwa setiap orang memiliki ke-khasan masing-masing. Tetapi dengan melihat referensi dari penulis lain, kita akan lebih mengetahui apa potensi penulisan kita yang bisa dikembangkan. Untuk nantinya kita bisa mengembangkan cara penulisan yang sesuai dengan gaya kita masing-masing.

Langkah keempat adalah menulis itu sendiri. Memulai tulisan tidak butuh harus “sekali jadi”, bisa juga bertahap. Artinya tulisan itu bisa dicicil, saat “mood” kita mulai menulis, dan saat inspirasi datang kita menulis. Walau memang perlu juga kita “memaksakan” diri untuk menulis itu. Jika Anda memiliki akses ke komputer atau laptop tentu akan sangat memudahkan dalam menulis. Pastikan potensi akses tersebut dimanfaatkan untuk membuahkan beberapa inspirasi tulisan.

Langkah kelima dan yang terakhir adalah mempublikasikan tulisan tersebut. Baik itu melalui blog pribadi, atau media online, jejaring sosial atau apapun yang dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat umum untuk memberikan masukan atau tanggapan bagi tulisan anda. Jangan khawatir, bila ada pandangan negatif tentang tulisan anda. Anggap saja itu sebagai kontribusi orang lain agar anda lebih giat dalam belajar menulis.


*Oleh  : akhi  Ridwansyah Yusuf Achmad (ketua LDK GAMAIS ITB 07-08)
Sumber: http://ridwansyahyusufachmad.wordpress.com/2011/06/26/mengasah-kebiasaan-menulis-adk/

Cbox

Pengikut