" Saya akan memanas-manasi kalian terlebih dahulu, baru nanti kalian boleh mengajukan pertanyaan kepada saya", kata ustadz Nurcholis Akbar memulai pembicaraan dalam acara "kajian mahasiswa" yang diadakan oleh LDK STAIL, pada ahad kemarin (8/11)
Waktu itu ustadz Cholis, begitu beliau akrab disapa, mengangkat sebuah tema yang krusial, yaitu “Islam Vs Terorisme”.
Menurut ustadz yang menjabat sebagai redaktur pelaksana di situs www.hidayatullah.com ini, isu “terorisme” adalah sebuah rekayasa global yang diagendakan oleh kaum Nasrani dan Yahudi (baca: barat) untuk memojokkan ummat Islam.
Isu ini bermula dari runtuhnya uni Soviet sebagai lawan utama Amerika Serikat (AS) pada tahun 1991. Secara otomatis, seiring dengan runtuhnya kekuatan Uni Soviet tersebut, AS kemudian menjadi negara superpower yang “tak tertandingi”. Oleh karena itulah, AS mewaspadai kemungkinan adanya kekuatan baru yang bisa menandingi kekuatan atau bahkan mengalahkannya.
Maka, muncullah sebuah tesis dari seorang profesor Amerika Serikat bernama Samuel Huntington. Tesis tersebut kemudian diterbitkan menjadi buku dengan judul, “The Clash Of Civilizations and the remaking of word order”. Di sana dia menjelaskan bahwa adanya benturan yang serius antara peradaban barat dan Islam.
Maka, muncullah sebuah tesis dari seorang profesor Amerika Serikat bernama Samuel Huntington. Tesis tersebut kemudian diterbitkan menjadi buku dengan judul, “The Clash Of Civilizations and the remaking of word order”. Di sana dia menjelaskan bahwa adanya benturan yang serius antara peradaban barat dan Islam.
Ketika ditanya, apakah isu terorisme di Indonesia ada campur tangan dari Amerika Serikat, ustadz yang bertempat tinggal di Jl. Perum Bumi Madina Asri Surabaya ini langsung mengiyakan. Bahkan, lanjutnya, AS merupakan pendukung utama kepolisian Indonesia dalam memberantas “teroris”. AS, misalnya, membantu kepolisian Indonesia dalam operasi intelijen. Selain itu, AS juga menyumbang dana dalam jumlah yang sangat besar. “Padahal, Amerika memberikan bantuan tersebut tidak secara Cuma-Cuma. Pasti Amerika menginginkan imbalan dari Indonesia”, kata ustadz Cholis dengan mimik yang serius.
Sebelum menutup tausiahnya, ustadz yang lahir di Gresik, tanggal 3 september ini mengatakan, dari pemaparan yang beliau paparkan, bukan berarti beliau setuju dengan dengan tindakan orang-orang yang ditengarai melakukan tindakan-tindakan pengeboman. Bisa jadi, mereka memiliki pandangan dan sikap tersendiri terkait permasalahan global saat ini. Atau, mereka hanyalah ‘korban’ dari skenario yang dirancang barat
0 komentar:
Posting Komentar