STAIL
adalah kampus yang unik dan berbeda dengan kampus lain. Mahasiswa yang belajar
di dalamnya terdiri dari dari dua program, yaitu program khusus (reguler) dan
program umum (non reguler/ekstensi). Mahasiswa yang ikut program khusus tinggal
di asrama dan yang ikut program umum tinggal di luar kampus..
Karena
STAIL merupakan Perguruan Tinggi Agama Islam, di mana banyak diajarkan
ilmu-ilmu keislaman. Maka diperlukan trik khusus, untuk bisa menarik minat
kader dakwah. Misalnya, dibuat acara-acara yang membahas ilmu-ilmu keislaman
lebih mendalam dan berbeda dengan apa yang didapatkan di kelas. Sebutlah contoh
misalnya, LDK sering mengadakan acara-acara yang membahas tema-tema tantangan
pemikiran Islam kontemporer sehingga LDK menjadi pusat inkubasi Pemikiran
Islam. Dengan begitu, LDK dipandang
sebagai tempat belajar Islam yang
lebih. Itu hanya sekedar contoh. Para pengurus LDK STAIL bisa sekreatif mungkin
untuk menjadikan mahasiswa tertarik dengan LDK STAIL.
Adapun
terkait pola komunikasi yang digunakan, maka pola komunikasi di LDK STAIL
dapat dibagi menjadi 3 bagian, mengingat para anggotanya ada yang tinggal di
asrama dan ada yang tidak.
1. Pola
komunikasi antar Mahasiswa yang tinggal di asrama
Mahasiswa
STAIL (dalam hal ini hanyalah ikhwan) yang tinggal di satu kompleks dan satu
asrama menjadikan sesama mahasiswa sering bertemu. Mereka juga
terbiasa makan bersama dan tidur di satu atap. Hal ini menjadikan para kader
dakwah tidak memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dan saling membahas agenda
dakwah. Waktunya pun bisa dipilih sesuai dengan keinginan, apakah usai
sholat berjamaah, usai kajian subuh, ataupun waktu-waktu lainnya. Hanya saja,
diperlukan cara tersendiri agar kader dakwah tidak bosan ketika ada pertemuan
(syuro’). Misalnya dengan mengahadirkan makanan atau minuman ringan,
menggunakan tempat pertemuan tidak hanya di satu tempat, atau dengan cara-cara
lainnya.
Selain
itu, agar tercipta ukhuwah yang kuat di antara kader dakwah, bisa diterapkan
cara-cara khusus. Misalnya seperti apa yang disarankan oleh akhi Yusuf dalam
bukunya “Analisa Instan Problematika Dakwah Kampus” dalam sub-judul “Mengenal
dan Membuat Strategi Dakwah di Perguruan Tinggi Khusus.
Menurutnya,
pola dakwah di kampus yang mewajibkan mahasiswanya tinggal di asrama, perlu
menyesuaikan dengan pola hidup yang ada, dengan membuat sebuah trendset
tersendiri bagi seorang muslim. Seperti budaya membangunkan sholat subuh
berjamaah, kajian setelah magrib, sahur dan buka bareng puasa sunnah, dan
membuat kebiasan lain yang sangat efektif dalam membangun budaya dan lifestyle
muslim pada mahasiswa.
Oleh
karena itulah, saran dari akhi Yusuf yang merupakan ketua LDK GAMAIS ITB (’07-’08)
ini bisa diterapkan di STAIL. Tentunya, hendaknya disesuaikan dulu dengan
kondisi yang ada.
2. Pola
komunikasi Mahasiswa yang tinggal di luar asrama
Sebenarnya
ketika berbicara pola komunikasi anggota LDK STAIL yang tinggal di luar asrama,
kita dihadapkan dengan realitas bahwasanya terdapat ikhwan dan akhwat. Namun
karena selama ini yang aktif di kepengurusan LDK adalah akhwat, dalam tulisan
ini akan banyak disinggung terkait pola komunikasi antar akhwat. Adapun di masa
mendatang jikalau banyak ikhwan yang tinggal di luar asrama aktif di LDK, bisa
menyusaikan diri.
Pola
komunikasi yang digunakan oleh kader dakwah yang tinggal di luar asrama
(ekstensi/akhwat), tidak bisa disamakan dengan yang tinggal di asrama. Mereka
relatif lebih jarang ketemu, karena jadwal perkuliahan hanyalah dua hari selama
satu pekan yaitu hari sabtu dan ahad. Biasanya mereka sibuk bekerja di
hari-hari lainnya. Tentu hal ini memerlukan strategi yang berbeda.
Salah
satu cara yang bisa digunakan dalam mengatasi hal ini ialah memaksimalkan dua
hari aktif tersebut. Dua hari tersebut sebisa mungkin digunakan untuk saling
berkomunikasi dan membicarakan agenda dakwah. Bahkan, agenda-agenda dakwah yang
direncanakan bisa dilaksanakan pada dua hari tersebut. Namun tidak menutup
kemungkinan mereka bisa menggunakan hari lain selain sabtu dan ahad,
yaitu setelah melalui musyawarah mencari waktu kosong bersama.
Cara lain
yang bisa digunakan adalah dengan memaksimalkan penggunaan alat komunikasi
(handphone). Antar sesama kader saling mengingatkan satu sama lainnya akan
agenda-agenda dakwah. Atau dengan cara saling memberi tausiah. Dalam program
kerja departemen keputrian (kemuslimahan), kegiatan ini biasanya dinamai
dengan “sms dakwah”. Dengan cara ini, antar kader dakwah bisa saling
menguatkan ukhuwah dan akan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap LDK.
3. Pola
komunikasi antara Mahasiswa yang tinggal di asrama dan luar asrama
Adapun
untuk pola yang ketiga, membicarakan tentang komunikasi antara mahasiswa yang
tinggal di asrama dan tinggal di luar asrama. Di sinilah letak keunikan
lain dari LDK STAIL yang tidak dimiliki oleh LDK-LDK lainnya. Perlu cara dan
mekanisme tertentu agar komunikasi yang berjalan di tubuh organisasi tidak
menjadikan laju organisasi lambat, dan juga tidak mengurangi keberkahan dakwah.
Dikarenakan
ada aturan khusus bagi mahasiswa yang tinggal di asrama dari pihak kampus,
yaitu tidak diperbolehkan membawa handphone kecuali orang-orang tertentu
(termasuk ketua LDK STAIL), maka peran ketua LDK STAIL dan ketua departemen
(kadept) keputrian/kemuslimahan sangat menentukan berjalannya roda organisasi
yang sehat.
Ada
baiknya dalam hal ini merujuk pada tulisan akhi Yusuf dalam bukunya “Analisa
Instan Problematika Dakwah Kampus” dalam sub judul “Komunikasi Ikhwan dan
Ikhwat” (tulisan ini bisa juga dilihat di blog LDK: http://ldk-stail.blogspot.com/2011/12/komunikasi-ikhwan-dan-akhwat.html).
Di sana
diterangkan bahwasanya komunikasi antara ikhwan dan akhwat (dalam hal ini
adalah antara ketua LDK STAIL dan ketua departemen keputrian) harus tetap
berjalan dengan baik tanpa mengurangi keberkahan dakwah. Di sana juga
diterangkan agar komunikasi yang dilakukan antara ikhwan dan akhwat perlu
diefesienkan sedemikan rupa, agar tidak terjadi fitnah yang mungkin bisa terbentuk.
Dalam
pembahasan ini mungkin akan timbul pertanyaan, bagaimana dengan pola komunikasi
antar ikhwan dan akhwat selain ketua LDK STAIL dan ketua departemen keputrian?
Sebagaimana
diterangkan di atas, bahwasanya mahasiswa (ikhwan) yang tinggal di asrama tidak
diperbolehkan membawa handphone kecuali ketua LDK. Maka dari itu, komunikasi
yang bisa dilakukan selain ketua LDK dan ketua departemen keputrian adalah
saat-saat tertentu. Sebutlah misalnya syuro’ bersama yang melibatkan
ikhwan dan akhwat. Atau bisa juga melalui media jejaring sosial di internet.
Dalam hal ini, LDK STAIL telah memiliki group di facebook yang bernama
“LDK STAIL Group”. Di media ini, para kader dakwah baik ikhwan dan akhwat bisa
saling berdiskusi dan saling memberi motivasi.
Demikianlah
uraian singkat terkait seluk-beluk 'bekal' untuk ‘menjalankan’ LDK STAIL. Besar
harapan, LDK STAIL di masa mendatang berperan lebih berkembang pesat
dibandingkan dengan sebelumnya. Diharapkan, LDK STAIL mampu menjadi
organisasi yang berpengaruh, baik di kalangan internal maupun eksternal. Dan,
yang terakhir, semoga tulisan ini ikut berperan serta dalam upaya pencapaian
harapan tersebut. Amiin./Luqman Hakim,(Ketua Umum LDK STAIL '09-10)
0 komentar:
Posting Komentar