• Ust. Faishal Haq memberikan pembukaan pada Musyawarah Akbar LDK....
  • Lembaga Dakwah Kampus LDK STAIL Surabaya menyelengarakan musyawarah....
  • Penyampaian materi oleh Ust. Alwi di Aula Rahman Rahmat Pesantren Hidayatullah Surabaya
  • Mahasiswa STAIL Hidayatullah Surabaya hadir dalam....
  • Pada hari Rabu 12/12/12, LDK STAIL mengadakan orientasi ke-LDK-an yang bertempat di kantor Pusat Dakwah.
  • Dalam rangka membangun kembali semangat kepemudaaan Hidayatullah...
  • Membahas Program Kerja tiap-tiap BO
  • Membahas Program Kerja tiap-tiap BO
  • Berbagi pengalaman program kerja LDK ITS dan STAIL
  • Berbagi pengalaman program kerja LDK ITS dan STAIL

Minggu, Januari 20, 2013

Semangat Baru dengan Sabar yang Terpatri

Pembahasan tentang sabar mungkin sudah sering kita dengar. Dan buku-buku yang membahas masalah tersebut juga relatif sering kita jumpai. Namun mungkin permasalahan yang sering muncul bagi sebagian kita adalah pada tahap aplikasinya. Sehingga ada ungkapan “sabar itu mudah diucapkan tapi sulit diamalkan”.
Bedah Buku
Sabtu, 22 Desember lalu, di Masjid Aqshal Madina Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya. Terlihat segelintir pemuda sedang menyiapkan segala keperluan untuk suatu event. Dan  disana telah terpampang sebuah banner berukuran 3x4  yang bertuliskan “Bedah Buku: Sabar, Membawa Nikmat Mengangkat Derajat”. Owh, ternyata sekompok anak muda tadi adalah para Aktivis Dakwah Kampus STAI Luqman al-Hakim yang sedang mengecek persiapan perangkat-perangkat acara untuk acara bedah buku yang akan dilaksanakan pada hari itu. Acara tersebut memang diprakasai oleh Syabab Hidayatullah Jatim yang bekerjasama dengan Lembaga Dakwah Kampus STAIL.
Pada hari itu, para peserta –yang sebagian besar didominasi oleh para mahasiswa dan kalangan muda - yang telah hadir pada kesempatan itu pun datang dengan antusiasme tinggi. Namun dari raut wajah mereka seolah bertanya “sabar seperti apa yang dimaksud penulis kali ini?”. Penulis yang pada acara tersebut turut didampingi seorang pembanding Ust. Priyanto (Dosen STAIL) juga seolah mengerti apa yang ada di benak para peserta. Sehingga materi dan apa-apa yang beliau sampaikan cukup mewakili sebagai jawaban atas sebesit pertanyaan dari pada para peserta.
Sedikit kutipan dari apa yang beliau sampaikan pada kesempatan kali itu, beliau menganalogikan sabar ibarat seorang petani yang ingin melihat hasil panen padinya dalam keadaan baik, padahal baru sekedar menanam dan mengairinya. Tentunya tidak bisa hanya dalam waktu seminggu (baca: instan) petani tersebut langsung bisa melihat hasilnya. Tetapi butuh proses dan usaha. Ia harus memberi pupuk, membersihkan rumput yang tumbuh di area sawah, menjelang padi menguning petani juga masih harus menjaganya dari serangan hama, dan tentunya itu semua membutuhkan usaha keras dengan dilandasi kesabaran yang extra. Barulah setelah jerih payah dan kesabaran tinggi hasil yang indahpun bisa kita nikmati.
Pencerahan dan ilmu baru tentang sabar pun, sedikit banyak telah didapat oleh para peserta. Termasuk oleh salah dua dari peserta yang ternyata adalah mahasiswa STAIL. Mereka mengatakan bahwa akhirnya mereka mengerti ternyata stigma banyak orang tentang sabar itu ada batasnya adalah suatu hal yang keliru. “setelah mengikuti acara bedah buku dan juga membaca tuntas buku beliau, ternyata memang sejatinya sabar itu tidak ada batasnya. Gak seperti yang dikatakan banyak orang tentang sabar” tutur Yudi Adib, salah satu peserta yang juga mahasiswa STAIL.
Hal senada juga disampaikan salah satu dari dua peserta tadi bahwa menurutnya buku karya ustadz Imam Nawawi tersebut telah meluruskan presepsi sabar yang selama ini diasumsi oleh kebanyaan orang. “dari buku ini menurut saya benar apa yang dikatakan penulis, bahwa makna sabar bukanlah sesempit ketika hanya kita ditimpa musibah lalu kita bersabar. Tetapi sabarnya itu maknanya luas dan konteksnya pun berbagai macam” ujar Rahmat Kota, Mahasiswa semester tiga STAIL.
Sehingga jelaslah bagi kita bahwa untuk mengarungi samudra kehidupan fana ini, haruslah sabar menjadi salah satu bekal utama kita. Banyak sekali kisah-kisah orang-orang terdahulu –termasuk para nabi Allah- yang telah membuktikan hal ini.
Bekal Utama
Jika kita sandingkan dengan kehidupan kita saat ini, apalagi menjelang pergantian tahun seperti ini. Disamping kita harus bermuhasabah dan introspeksi diri atas apa-apa yang telah kita lakukan di tahun yang lalu. Hendaknya juga, kita saat ini haruslah telah mempersiapkan bekal yang akan kita bawa untuk mengarungi kehidupan di tahun yang baru nanti. Dan sejatinya, jika berkaca pada kesuksesan kisah hidup para nabi Allah swt. Kesabaran mestinya menjadi hal pokok yang patut kita masukan dalam daftar bekal yang harus kita persiapkan. (Yahya Ghulam Nasrullah /Sekjen LDK STAI Luqman al-Hakim)

1 komentar:

Cbox

Pengikut